Bulutangkis.com | Berita > Artikel > Sosok | |
Catatan Ringan, Fitriani dan Gloria Usai Lawan Denmark | ||
Oleh : admin | Kamis, 23 Mei 2019 09:17:35 | |
| ||
Melihat pertandingan Fitriani malam ini, entah kenapa tiba-tiba di kepala saya muncul pikiran aneh. Saya tiba-tiba membayangkan Fitriani bermain ganda campuran dengan Hafiz lalu mereka akan menjadi The Next Minion di ganda campuran.
Dua pemain yang lincah dan penuh determinasi. Sebagai pemain tunggal Fitriani sudah punya semua modal dasar, hanya saja dia tidak bisa mendapatkan banyak modal tambahan dikarenakan oleh keterbatasan fisiknya. Dengan tinggi badan hanya 155 cm melawan pemain sejangkung Mia Blichfeldt tidak bisa hanya mengandalkan determinasi dan kerja keras. Harus punya killing shot yang memang benar-benar mematikan dan pemain tunggal putri Indonesia yang berukuran mini yang sangat menakutkan bagi banyak pemain dunia hingga saat ini hanya The one and only Mia Audina. Jika Fitriani ingin berhasil menjadi pemain tunggal dengan tubuh mininya, maka ia harus se-exceptional Mia, dan sayangnya menurut saya itu sangat sulit karena Mia memang one of a kind bahkan tidak hanya untuk Indonesia tapi juga di level dunia. Sedikit membahas tentang ganda campuran karena nama Hafiz sudah disebut. Hafiz sebenarnya sudah menjadi pemain yang baik untuk bermain di sektor ganda campuran. Ia punya variasi pukulan, determinasi dan semangat. Menurut saya, ia masih tetap memiliki prospek cerah di ganda campuran namun dengan dilengkapi beberapa hal. Hafiz akan bisa memiliki prestasi yang lebih baik jika berpasangan dengan pemain putri yang memiliki power sehingga mereka bisa berpadu menjadi pasangan yang all around. Saat ini menurut saya Gloria masih nanggung kemampuannya, tidak begitu kuat di depan dan juga di belakang. Sementara di ganda campuran, pemain putrinya dituntut harus punya kelebihan atau spesialisasi yang menonjol diantara kedua sisi, syukur-syukur bisa memiliki kemampuan yang bagus di depan dan belakang. Dari apa yang saya lihat di pertandingan malam ini (hanya malam ini ya) bahwa Gloria sepertinya bukan natural front court player. Memang ia punya sense of placement yang bagus tapi ada satu hal krusial yang merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pemain depan, 'insting'. Malam ini, Gloria benar-benar mati insting dalam membaca arah bola, melihat dan membuat peluang, mengolah bola, bermain bola-bola kecil, Ia terlihat sangat kurang di bagian-bagian itu. Namun Gloria tetaplah pemain yang bagus. Hanya saja rasanya mungkin setelah olimpiade usai, saya kira mencoba di sektor ganda putri adalah pilihan yang baik jika ingin melihat ia berprestasi lebih baik lagi. Kembali ke Fitriani. Jika Fitriani memang masih ingin menjadi pemain tunggal putri, mungkin saran ini mudah-mudahan cukup berguna untuknya. Cobalah untuk sering-sering melihat pertandingan Maria Kristin Yulianti, terutama saat ia berlaga di Olimpiade Beijing 2008. Di sana Maria benar-benar menunjukkan sebuah istilah bahwa ‘air tenang itu menghanyutkan’. Maksud saya disini adalah Maria berhasil melewati proses raihan medali bukan dengan mengumbar powernya, tapi justru dengan kecerdikan strategi dan ‘kelembutan’ pukulannya. Tak jarang lawan-lawannya dibuat mati kutu oleh penempatan bola dan pukulan dropshot mematikannya. Padahal pukulannya tidaklah ‘mewah’ namun timing dan placingnya begitu tepat. Namun jika tidak, mumpung usianya masih 21 tahun pada saat olimpiade nanti, ia bisa mencoba pindah haluan menjadi pemain ganda jika ingin punya prestasi yang lebih baik lagi. Fitriani punya power dan kelincahan, ia juga cukup mampu membaca arah bola. Tinggal dilatih beberapa teknik dan skill yang terkait dengan permainan ganda. Kembali lagi ini hanyalah sekedar masukan dari orang biasa yang hanya berprofesi sampingan sebagai pecinta bulutangkis Indonesia. (Lily Dian) | ||
Bulutangkis.com : http://bulutangkis.com Versi online: http://bulutangkis.com /mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=106931 |