Bulutangkis.comBerita > Artikel > Sosok
Sosok Christian Hadinata (Bagian III)
Kesetiaan di Dunia Bulutangkis
Oleh : admin Kamis, 11 Januari 2007 20:29:03
Bulutangkis dan keluarga. Dua hal itulah yang mengisi kehidupan Christian Hadinata. Dari keahlian memainkan raket bulutangkis, Christian mendapat penghasilan. Hingga usianya mencapai 57 tahun, bulutangkis masih mengisi mayoritas waktunya.
Bulutangkis dan keluarga. Dua hal itulah yang mengisi kehidupan Christian Hadinata. Dari keahlian memainkan raket bulutangkis, Christian mendapat penghasilan. Hingga usianya mencapai 57 tahun, bulutangkis masih mengisi mayoritas waktunya.

Minggu (7/1) lalu Christian Hadinata tidak bisa menjalani rutinitasnya seperti biasa. Karena memiliki janji wawancara khusus dengan Jawa Pos, dia tidak bisa makan siang bersama keluarganya. ''Berangkat saja dulu, nanti saya susul,'' pesan Christian kepada istrinya, Yoke Anwar.

Makan siang bersama keluarga pada hari Minggu adalah sesuatu yang istimewa bagi pria yang akrab disapa Koh Kris tersebut. Itu adalah satu-satunya kegiatan rutin yang dihabiskan bersama keluarganya. Selain itu, waktunya lebih banyak dihabiskan bersama ''anaknya'' di Pusat Bulutangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur. Ketika Jawa Pos mengajaknya untuk membahas kondisi terkini bulutangkis tanah air, dia pun menjelaskan dengan bersemangat.

Indonesia memang memiliki banyak pebulutangkis besar. Rudy Hartono, Tan Joe Hook, Icuk Sugiarto, Joko Suprianto, sampai Taufik Hidayat yang masih aktif. Namun, tipikal seorang Christian sangat sulit dicarikan pada pebulutangkis lain. Bayangkan saja, 35 tahun mengabdikan diri untuk PBSI, semangatnya tidak pernah mengendur. Selain keluarga, bulutangkislah perhatian utama Christian.

Tak Mau Bisnis karena Takut Bangkrut

Bandingkan dengan mayoritas pebulutangkis Indonesia lainnya, baik yang masih aktif maupun yang tidak. Mereka memiliki memiliki banyak kesibukan lain di luar olahraga tepok bulu. Mulai membuka perusahaan peralatan olahraga, menjadi pengusaha minyak pelumas, maupun menjadi pengusaha jasa transportasi. Pelatih fisik legendaris Tahir Djide misalnya, dia juga menjabat guru besar di UPI Bandung. ''Keinginan untuk memiliki usaha sih ada. Tapi, saya tidak berbakat untuk itu, karena itu saya lebih memilih untuk terus mengisi waktu di bulutangkis,'' paparnya.

Christian adalah orang yang sulit menolak permintaan orang lain. Jika dia memiliki barang yang bagus, kerap kali barang tersebut diberikan pada orang lain yang memintanya. ''Saya tidak mau berbisnis karena takut bangkrut. Jika membuka toko olahraga misalnya, saya bisa saja memberikan secara cuma-cuma kalau yang membeli adalah teman saya,'' seloroh Christian sambil tertawa.

Itu yang membuat Christian menjadikan bulutangkis sebagai sisi utama kehidupannya. Sejak berkiprah sebagai pemain nasional 1971 sampai kini, dia tidak pernah bosan untuk berkeringat di tengah lapangan. Di usianya yang sudah begitu senja, dia tidak segan untuk langsung mendampingi pemainnya berlatih di lapangan.

Aktivitas lain yang cukup menyita waktu Christian adalah menonton siaran olahraga di televisi. Tidak hanya dilihat, partai besar biasanya dia rekam. Kini rekamannya mencapai ratusan buah yang disimpan di Cipayung. Ketika sedang senggang pada jeda latihan pagi dan sore, dia mengisi waktu menyaksikan rekaman yang dia miliki. ''Mayoritas rekaman pertandingan yang saya miliki adalah sepak bola. Ada pula bulutangkis, tenis, Formula 1, maupun MotoGP.''

Sepak bola adalah olahraga favorit Christian selain bulutangkis. Semasa kecil dia sering memainkan olahraga paling digemari di dunia tersebut. Alasannya sangat sederhana, karena sepak bola tidak perlu biaya banyak untuk memainkannya. Christian merasa banyak berhutang pada PB PBSI. Semua yang dia raih saat ini tidak lepas dari bulutangkis. Selama masih dibutuhkan, dia akan terus ke Cipayung untuk membimbing ''anaknya'' berlatih.

Profil:
Nama: Christian Hadinata
Lahir: Purwokerto, 11 Desember 1949
Istri: Yoke Anwar
Anak: Mario Hadinata dan Mariska Hadinata
Tangan Bermain: Kanan

Pendidikan:
- SD Kristen, Purwokerto (1962)
- SMP Kristen, Purwokerto (1966)
- SMA Kristen, Purwokerto (1969)
- Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan, IKIP Bandung (tingkat III, 1971

Karir pemain:
1971 : - Juara nasional berpasangan dengan Atik Jauhari
- Juara Asia berpasangan dengan Retno Kustijah.
1972 : - Juara All England berpasangan dengan Ade Chandra
1973 : - Juara All England berpasangan dengan Ade Chandra
1978 : - Juara Asian Games berpasangan dengan Ade Chandra
1979 : - Juara All England berpasangan dengan Imelda Wiguna
1980 : - Juara Dunia berpasangan dengan Ade Chandra
- Juara Dunia berpasangan dengan Imelda Wiguna
1981 : - Juara Jepang Terbuka berpasangan dengan Lius Pongoh
1982 : - Juara Asian Games berpasangan dengan Ivana Lie
1983 : - Juara All England berpasangan dengan Boby Ertanto
1984 : - Juara Indonesia Terbuka berpasangan dengan Boby Ertanto
- Juara Indonesia Terbuka berpasangan dengan Ivana Lie
1985 : - Juara Piala Dunia berpasangan dengan Ivana Lie
1972-1986:
Memperkuat Tim Piala Thomas selama enam kali dengan pasangan berganti-ganti (antara lain dengan HAdibowo, Liem Swie King).

Karir di luar pemain:
- Pelatih pelatnas (mulai 1985)
- Pengurus PB PBSI
- Direktur Pelatnas PBSI
- Karyawan PT Djarum Kudus

(Nanang prianto/indopos.co.id)
Bulutangkis.com : http://bulutangkis.com
Versi online: http://bulutangkis.com /mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1374