Berita > Berita

Kunci Suksesnya pada Organisasi Cabang

Kamis, 01 September 2005 16:50:12
2182 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

Jakarta Kompas - Apa pun cabang olahraganya, hanya bisa berprestasi apabila organisasinya prima. Sebab, prestasi itu tidak datang dari kerja satu atau dua bulan atau kerja satu atau dua orang, tetapi suatu proses berkesinambungan yang dilakukan organisasi yang bekerja maksimal. Demikian diungkapkan pengamat olahraga Willy Erawan akhir pekan lalu di Jakarta.

Willy merasa tergugah akan komentar yang muncul sehubungan dengan merosotnya prestasi olahraga nasional. Menurut salah satu pendiri Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia itu, tudingan mundurnya prestasi karena pembinaan tidak dimulai dari sekolah dan karena lunturnya nasionalisme atlet atau tidak adanya undang-undang olahraga, terlalu berlebihan.

”Kalau mau berprestasi, organisasi yang mengurus satu cabang olahraga harus didukung oleh orang yang sadar bahwa ia duduk dalam kepengurusan untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang disepakati bersama. Jangan ada one man show,” ujarnya dengan tegas.

Namun, menurut Willy, yang tidak kalah pentingnya adalah membuat program pembinaan dan dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai prestasi. Organisasi yang tidak punya program yang baik sudah tentu hasilnya tidak akan baik pula. Kompetisi harus yang mengarah pada peningkatan prestasi.

Program dan kesadaran staf pengurus untuk bekerja keras seperti dua sisi mata uang. Tanpa sisi yang satu, sisi yang lain tidak ada. ”Hanya dengan program yang baik dan organisasi yang baik, prestasi bisa diciptakan,” kata tokoh olahraga yang masih rajin mengikuti perkembangan olahraga nasional itu.

Berdasarkan pengamatan Kompas, yang terjadi belakangan ini dan yang jadi sumber merosotnya prestasi adalah banyaknya organisasi cabang olahraga yang tidak didukung kepengurusan yang kuat, seperti dikatakan Willy Erawan. Belum lagi tidak adanya program yang baik yang bisa meningkatkan prestasi.

Menurut Willy Erawan, kompetisi yang baik adalah kompetisi yang berjenjang dan berkesinambungan. Kompetisi dimulai di klub-klub, cabang, dan daerah. Adapun pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk pertandingan internasional adalah finishing touch dari pembinaan.

Abaikan kompetisi

Sekarang ini ada cabang yang justru tidak mengindahkan pertandingan berjenjang dan berkesinambungan itu. Bahkan, ada yang sama sekali tidak mengadakan kompetisi. Dengan tidak menunjuk cabang dimaksudkan, Willy mengatakan sudah tentu prestasi tidak naik karena tidak ada kompetisi.

Dengan program yang baik serta dengan organisasi yang prima, niscaya prestasi olahraga nasional akan pulih seperti dulu dan tidak tertutup akan lebih baik lagi. Prestasi sepak bola 10 tahun terakhir, runner-up SEA Games 1997, di tiga SEA Games terakhir gagal merebut medali. Bandingkan dengan di Anniversary Cup awal 70-an, mengalahkan Korsel 5-2 dan menjadi juara.

Anggar saat SEA Games 2003 di Hanoi hanya meraih perunggu. Padahal, di SEA Games sebelumnya, selalu mendulang emas dengan prestasi terbaik di SEA Games 1991/Kuala Lumpur meraup 9 dari 10 emas. Bola Voli di SEA Games 2001/Kuala Lumpur tidak meraih satu pun medali, sementara di Asian Games IV/1962 putra peringkat IV dan putri peringkat III. (MUS)
Sumber:www.kompas.com

Berita Berita Lainnya