Berita > Artikel > Jurnal Komunitas

Ketika Jojo Tampil Tidak Seperti Biasanya

Sabtu, 25 Mei 2019 05:45:43
2603 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak



Harus diakui bahwa semangat, tekad dan hasrat ingin memenangkan pertandingan, hasrat ingin juara kadang tidak tergambarkan. Kadang tidak terlihat dari upaya atlet di lapangan saat sedang bertanding. Feel atlet di lapangan itu sampai kok ke hati penonton.

Semangat daya juang atlet itu bisa menggetarkan hati dan bahkan bisa membuat penonton menangis kalau mereka memang menunjukkannya di lapangan. Jadi kalau ada beberapa member yang berpendapat kalau ada beberapa pemain yang kelihatannya dan rasanya tidak menunjukkan tekad itu.

Saya bisa maklum. Tidak perlu berada di pinggir atau dekat dari lokasi pertandingan secara langsung untuk menilai dan merasakannya.Ibarat nonton film, totalitas akting dari aktor/aktrisnya dapat kita rasakan bahkan bisa membuat penontonnya menangis, karena dari gesture, gerak tubuh dan raut wajah semua bisa terbaca.

Raut wajah Jojo misalnya, gesturenya, sangat jauh berbeda dengan final New Zealand Open 2019 yang baru lalu. Tidak ada rasa percaya diri di muka Jojo tadi. Semangatnya pun bias bersama dengan kebingungan dia ketika dia tidak bisa mengontrol bola dan menguasai lapangan.

Kenapa Jojo bisa menjadi sangat inferior di lapangan tadi? Seolah ini pertemuan pertama dengan Chou Tien Chen. Seolah head to head yang dominan terhadap Chou sebelumnya tidak pernah terjadi?

Karena kesalahan strategi dan blunder tim tunggal putra. Sekali lagi saya berpendapat bahwa blundernya coach Hendry Saputra dan tim tunggal putra adalah dengan tidak menurunkan Jojo dan Ginting secara bergantian di fase grup untuk pemanasan, mengenali dan merasakan atmosfer lapangan dan terutama bola yang lambat dan berat.

Tadi kelihatan sekali Jojo sangat kesulitan mengontrol bola di depan net, dia berusaha memainkan bola depan net tetapi tidak dapat feelnya karena sebelumnya belum main sama sekali alhasil bola-bola depannya selalu disergap Chou. Chou sampai babak perempat final tadi selalu main ngegas di lapangan. Ibaratnya dia sudah menguasai medan. Sekali lagi blunder dari tim tunggal putra.

Saat feel bermainnya dan touchnya tidak dapat, ini membuat hancur semangat, tekad dan perjuangan di lapangan. Ini pun jadi kelihatan hambar. Hanya menyisakan rasa dongkol atau mungkin penonton ada yang sampai mencaci. Dan semua terlihat dan dirasakan melalui layar televisi, layar hape atau layar komputer. Rasanya sampai ke hati, tanpa harus berada di pinggir lapangan atau dekat dari pinggir lapangan pun ini bisa terlihat. (ikra4433)

Berita Jurnal Komunitas Lainnya