Berita > Berita

Atraksi Bintang Bulutangkis Yang Menghibur di Tengah Pandemi

Jumat, 11 Desember 2020 22:05:28
6187 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak



Atraksi-atraksi menarik ditampilkan para bintang bulutangkis Indonesia pada laga bertajuk Legend’s Vision Mix & Match Badminton Challenge Indonesia 2020. Mereka tidak saja menyuguhkan ketrampilan menawan dalam mengayun raket, tetapi sekaligus memberikan semangat dan hiburan segar di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda di Tanah Air.

Aksi para bintang bulutangkis tersebut tersaji ketika berlaga di Taufik Hidayat (TH) Arena, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (11/12) sore. Mereka beraksi dalam laga format baru yang diprakarsai Yonex dengan mempertemukan dua tim Red Army yang dikapteni Taufik Hidayat melawan Golden Patriot dengan kapten Candra Wijaya.

Karena masih dalam pandemi Covid-19, maka pertandingan ini menerapkan protokol kesehatan ketat. Penonton dilarang hadir ke arena. Tontonan seru dan menghibur ini hanya bisa disaksikan lewat livestreaming di Channel Youtube Yonex dan Facebook Yonex Badminton.

Lewat laga seru nan menghibur, tim Golden Patriot akhirnya tampil sebagai pemenang setelah unggul 3-2 atas Red Army. Golden Patriot menang di tunggal pertama dengan skor 30-21. Dua kemenganan lain dipetik di partai ganda kedua dan ganda ketiga dengan skor identik, 15-11 dan 15-11.

Sementara Red Army unggul di ganda pertama dengan 15-13 dan tunggal kedua dengan 30-23.

“Ada keberuntungan di pihak Golden Patriot. Susunan pemain yang kami turunkan bisa tampil maksimal semua untuk meraih poin. Tadi kita tetap main all out, meskipun ini hanya laga eksibisi,” ujar Candra Wijaya, kapten tim Golden Patriot.

“Awalnya hanya untuk fun. Tetapi setelah bertanding di tengah lapangan, semua tidak mau mengalah dan selalu ingin hasil terbaik,” komentar Taufik Hidayat.

Tim Golden Patriot yang menjadi pemenang diperkuat Candra bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo, Muhammad Rian Ardianto, Tommy Sugiarto, Gabriel Christopher Wintan Wijaya, dan Galuh Dwi Putra.

Sementara Red Army dibela Taufik bersama Marcus Fernaldi Gideon, Fajar Alfian, Sony Dwi Kuncoro, Teges Satriaji, dan Muhammad Nendi Novatino.

Masing-masing tim terdiri atas enam pemain, termasuk sang kapten. Mereka turun bertanding di lima nomor. Yaitu, tiga partai ganda dan dua tunggal. Di partai tunggal, poin maksimal adalah 30. Sementara 15 poin untuk permainan ganda.

Meskipun hanya berupa laga hiburan, para pemain ternyata begitu serius untuk menunjukkan kemampuan terbaik di tengah lapangan. Apalagi, berbeda dengan regulasi yang selama ini ada, para pemain bisa keluar-masuk melakukan pergantian pemain layaknya di pertandingan bola voli atau basket. Khusus pemain ganda, pergantian pemainnya adalah sepasang pasangan.

Selain itu, setiap pemain hanya memiliki 10 flights atau nyawa. “Flights” adalah kesempatan untuk memenangkan pertandingan dan mereka hanya bisa memakai satu flights untuk satu poin. Artinya, tidak ada satu pun pemain yang memiliki cukup flights di lapangan dan memenangkan pertandingan itu sendiri.

Uniknya dalam laga tersebut, meski masing-masing kapten adalah pemain spesialis tunggal dan ganda, baik Taufik maupun Candra juga mampu tampil menarik saat melakoni nomor yang bukan spesialisasinya. Taufik bisa bermain kompak di ganda bersama Marcus Fernaldi Gideon. Begitupun Candra bisa tampil solid saat turun sendirian di nomor tunggal.

Yang paling menarik ketika Taufik/Marcus berhadapan dengan Candra/Kevin Sanjaya.

Bahkan dalam satu momen, Marcus malah duel satu lawan satu melawan Kevin di tengah lapangan.

“Ini memang partai yang mengibur. Saya bisa bersenang-senang dalam pertandingan ini dan tidak memikirkan soal kalah atau menang,” tutur Taufik.

"Sangat menyenangkan bisa bertanding bersama pemain legends. Dulu saya sering melihat Koh Candra di televisi. Kini bisa main bareng di lapangan. Senang sekali bisa main bareng bersamanya. Ajang ini juga untuk persiapan saya ke Thailand Terbuka awal tahun nanti," komentar Kevin.

"Setelah sembilan bukan tidak ada pertandingan, kini ada kesempatan untuk bermain. Terus terang kami haus akan pertandingan. Laga ini bisa untuk mengobati kerinduan kami akan pertandingan seperti dulu sebelum ada pandemi," tutur Fajar Alfian.

Sementara bagi pemain muda seperti Galuh Dwi Pura, laga ini sangat berkesan.

”Saya bisa menimba pengalaman sebanyak mungkin dari para pemsin senior yang memiliki prestasi hebat,” ujar Galuh, pemain berusia 17 tahun binaan klub Yonex Sunrise Daihatsu Candra Wijaya.

Menurut Berry Tamba, Senior Promotion Executive Yonex-Sunrise, pertandingan tersebut merupakan bentuk inovasi baru yang dilakukan Legends Vision di delapan negara. Ini dengan tujuan untuk menggairahkan kembali semangat bermain bulutangkis setelah sembilan bulan vakum akibat pandemi Covid-19 yang melanda di banyak negara.

“Laga dalam format baru ini memang sengaja digelar Legends Vision di delapan negara semata-mata untuk meramaikan kembali bulutangkis dan memberikan hiburan segar di tengah pandemi,” tutur Berry.

Selain di Jakarta, laga hiburan yang melibatkan seluruh bintang bulutangkis dunia yang dikontrak Yonex ini, juga berlangsung di delapan negara. Di Jepang sudah digelar pada 29 November dan Korea Selatan (5 Desember). Selanjutnya, bakal berlangsung di China (12 Desember), India (19 Desember), China Taipei (26 Desember), Malaysia (28 Desember), dan Denmark yang waktunya akan ditentukan kemudian.

Menurut Candra, laga ini diharapkan bisa memberi semangat kepada semua pemain untuk terus semangat berlatih dan bersiap menghadapi event-event di depan.

”Ini sangat bagus untuk menyemangati pemain dan masyarakat agar tetap optimis di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda,” sebut Candra, peraih emas Olimpiade Sydney 2000 bersama Tony Gunawan.

Sedangkan bagi Taufik laga ini bisa untuk mengobati pemain dan penggemar akan pertandingan bulutangkis, sekaligus sebagai cara untuk tetap sehat di tengah pandemi.

”Semoga pertandingan ini bisa mengobati rasa kangen akan pertandingan bulutangkis. Juga membuat masyarakat semakin bersemangat berolahraga dan jangan sampai kalah dengan pandemi Covid-19,” tutur Taufik, peraih emas Olimpiade Athena 2004.

Taufik dan Candra, dua legenda hidup ini dipilih sebagai kapten karena memiliki prestasi cemerlang. Prestasi hebat Taufik, di antaranya sukses merebut medali emas Olimpiade Athena 2004, Juara Dunia 2005, tiga kali merebut medali emas Asian Games, enam kali juara Indonesia Terbuka, serta dua kali memboyong Piala Thomas 2000 di Kuala Lumpur dan 2002 di Guangzhou.

Sementara Candra, prestasinya juga tidak kalah mengilap. Bersama Tony Gunawan, Candra menggondol medali emas Olimpiade Sydney 2000. Lalu, Juara Dunia 1997, dua kali juara All England 1999 dan 2003, empat kali juara Indonesia Terbuka, empat kali juara Jepang Terbuka, dan tiga kali merebut Piala Thomas 1998 di Hong Kong, 2000 di Kuala Lumpur, dan 2002 di Guangzhou. (*)

Berita Berita Lainnya