Berita > Berita

Segera Dibentuk, Tim Bayangan Thomas dan Uber

Kamis, 25 Agustus 2005 13:04:13
2571 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

JAKARTA - Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) segera mengevaluasi hasil kejuaraan dunia sekaligus membentuk tim bayangan untuk menghadapi Piala Thomas dan Uber yang akan datang.

Hal itu dikatakan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Rudy Hartono kepada Antara, Selasa (23/8)

Menurut Rudy, PB PBSI segera akan mengevaluasi keseluruhan penampilan dan hasil yang dicapai oleh pemain dalam Kejuaraan Dunia yang baru lalu. Evaluasi itu mulai dari persiapan yang mereka lakukan hingga hasil akhir. Kita ingin evaluasi mulai dari persiapan mereka, ada yang sudah memenuhi target semifinal tetapi ada yang kalah, kalau sudah ditemukan apa yang perlu diperbaiki apakah keterampilan, teknik maupun strategi akan digunakan untuk persiapan menghadapi Piala Thomas dan Uber, tutur Rudy Hartono.

Rudy berharap pada September mendatang sudah terbentuk tim bayangan Piala Thomas dan Uber. Menurut maestro bulutangkis itu, keberhasilan memboyong dua gelar dari kejuaraan dunia itu menunjukkan keberhasilan orientasi target yang dilakukannya dalam mengirim pemain bertanding di luar negeri.

Banyak orang bertanya-tanya mengapa target orientasi mengakibatkan hanya 10 pemain yang berangkat, tetapi terbukti itu kebijakan yang terbaik untuk berprestasi, meski masih ada yang tidak mencapai target, katanya.

Sebanyak 20 pebulutangkis Indonesia dinominasikan oleh Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) untuk mengikuti kejuaraan dunia namun PB PBSI hanya mengirim 10 pemain yang dianggap dapat mencapai target minimal semifinal.

Sepuluh pemain sisanya tidak diberangkatkan termasuk seluruh pemain tunggal dan ganda putri serta ganda putra peringkat sembilan dunia Markis Kido/Hendra Setiawan.

Bagi mereka yang tidak mencapai target dan yang kalah meski telah sampai pada targetnya, akan dievaluasi apa yang menjadi penyebab kekalahan mereka. Kita akan minta pertanggungjawaban dari pelatihnya dan akan mengambil tindakan, katanya.

Khusus bagi Sony Dwi Kuncoro dan pasangan Flandy Limpele/Eng Hian yang tidak mencapai target semifinal, Rudy menilai mereka perlu meningkatkan kekuatan fisik.

Untuk Sony, strategi juga perlu diperbaiki tetapi fisik jauh lebih penting, karena dalam kondisi fisik yang tidak turun drastis pemain masih bisa mengeluarkan teknik yang baik. Jadi fisik memegang peranan penting, paparnya.

Sedang untuk Flandy/Eng Hian, Rudy menilai kekuatan otot dan ketahanan mereka perlu ditingkatkan. Karena mereka sudah punya strategi dan yang baik.

Rudy juga mengaku bangga dengan prestasi yang diraih para pemain asuhannya. Nova/Lilyana Natsir yang mampu memecah kebuntuan gelar ganda campuran selama 25 tahun setelah pasangan Christian Hadinata/Imelda Wiguna pada 1980, serta Taufik Hidayat yang mampu menyandingkan medali emas Olimpiade dan Kejuaraan Dunia secara bersamaan.

Apapun alasannya kesempatan itu tidak bisa terjadi sering-sering, sehingga kita boleh berbangga, apalagi kedua gelar tersebut didapat setelah mengalahkan pemain Cina yang selama ini mendominasi, katanya.

Ia setuju jika keberhasilan tersebut dianggap sebagai awal kebangkitkan bulutangkis Indonesia setelah lama terpuruk. Seharusnya demikian, tetapi itu tidak cukup hanya datang dari PB PBSI, harus menyebar ke daerah-daerah. Daerah harus merespon dengan berdikari dan mandiri menggelar lebih banyak kejuaraan untuk mencari bibit pemain yang lebih banyak agar regenerasi berkesinambungan, harapnya.

Ia menginginkan para pemain senior itu segera mempunyai pelapis yang akan menggantikan mereka kelak. Tidak ada gunanya kalau cuma mereka ini saja yang menjadi juara, ujar Rudy.

Sebagai contoh, berdasarkan peringkat IBF, setelah Taufik (peringkat 6), Sony Dwi Kuncoro (20) dan Simon Santoso (41), seluruh pemain tunggal lainnya berada di bawah peringkat 150. (W-11)

sumber:www.suarapembaruan.com

Berita Berita Lainnya