Jakarta, Kompas - Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PBSI Rudy Hartono menyatakan tak akan mengirimkan pemain ke turnamen internasional apabila hanya menjadi pelengkap penderita. Itu menjadi dasar mengapa hanya mengirim 10 pemain ke Kejuaraan Dunia meski ada 20 atlet yang lolos kualifikasi.
Sejak lama Bang Yos (Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso—Red) mengatakan yang berangkat adalah yang bisa juara. Mulai hari ini kami lakukan, kami tegaskan, kata Rudy, Rabu (27/7). Kejuaraan Dunia digelar di Anaheim, California, 15-21 Agustus 2005. PB PBSI memutuskan memberangkatkan pemain bertarget minimal semifinal.
Maestro bulu tangkis dunia itu mengaku telah bertemu dengan sebagian pemain yang gagal berangkat. Dia menjelaskan persoalannya sama sekali bukanlah pendanaan. Namun, pemain, pelatih, dan pengurus bertanggung jawab kepada masyarakat.
Diingatkan, latihan dan pemberangkatan pemain didanai oleh masyarakat penyumbang. Jangan ada pandangan tidak dikirim karena tidak ada dana. Kami semua bertanggung jawab kepada penyumbang, pada masyarakat. Ini bulu tangkis. Juara adalah harapan masyarakat. Kalau tidak juara siapa yang kecewa? Masyarakat penyumbang, masyarakat Indonesia, ujar Rudy.
Dia menghargai para pelatih dan pemain yang dengan jujur menyampaikan target-target realistis mereka di Kejuaraan Dunia. Rudy tak sependapat bahwa keputusan hanya mengirim separuh kekuatan itu terlambat disampaikan setelah para pemain sudah beberapa bulan menyiapkan diri ke Anaheim.
Alasan Rudy, pemain pelatnas Cipayung berkewajiban berlatih terus-menerus dan selalu menyiapkan diri. Cipayung adalah tempat pemain untuk berprestasi. Begitu main harusnya juara, semifinal. Tadi saya ngomong dengan putri. Apa tidak merasa harga dirimu dilecehkan, kalah sama Hongkong, Thailand? katanya.
Dalam pelatnas, ujar Rudy, pendapat menjadi juara membutuhkan proses harus diartikan dengan mengirimkan para pemain ke jenjang kejuaraan yang bertahap. Namun, di tiap kejuaraan yang diikuti pemain harus tetap punya target juara.
Kalau kalah, harus tahu kenapa. Tidak mungkin dia kalah 10 kali baru tahu. Satu kali kalah harus tahu. Tidak mungkin dong kalau tiga tahun di pelatnas enggak juara. (Kalau demikian—Red) Salahnya di mana? katanya.
Pemain yang berada dalam level kejuaraan kelas satu, tambah Rudy, harus sudah meningkat kelasnya dalam satu tahun. Begitu pula pemain baru, dalam setahun harus sudah juara satelit . Kalau kelamaan, ada yang salah, ujarnya lebih lanjut. (YNS)
sumber:www.kompas.com