Berita > Artikel > Jurnal Komunitas

Surat dari Beijing
Regenerasi dan Rintangan Sosialisasi Bulutangkis

Sabtu, 03 Februari 2007 23:15:12
2167 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

Oleh: Dania Ciptadi

Toni ini kasusnya juga beda dengan pemain-pemain yang hengkang ke Luar Negeri karena tidak betah di Indonesia (contohnya Hendra/Hendri yang sekarang di Singapore) karena pertamanya Toni ke US karena mau kuliah lagi. Tapi sembari disana kuliah, dia bermain bulutangkis lagi, eh ketarik deh ke timnasnya USA.

PBSI sendiri sebenernya sudah niat untuk ganti rugi kontraknya dia untuk menarik dia balik (secara Toni juga benernya mau balik -- apalagi Sinar Mas sudah mau kasih dia pekerjaan di Indonesia), tapi ya ternyata ujungnya agak ribet karena masalah perkontrakan Toni. Begitu Toni bebas dari kontrak, hehe,Yah saya rasa Toni ini kasusnya juga beda dengan pemain-pemain yang hengkang ke Luar Negeri karena tidak betah di Indonesia (contohnya Hendra/Hendri yang sekarang di Singapore) karena pertamanya Toni ke US karena mau kuliah lagi. Tapi sembari disana kuliah, dia bermain bulutangkis lagi, eh ketarik deh ke timnasnya USA. udah 35an umurnya euy.

Saya sih setuju sama Aki, mungkin lebih baik Tony stay di USA. Benefitnya ada 2. Pertama, syukur-syukur bisa membesarkan nama bultang di USA (jadinya bulutangkis ini bisa jadi olahraga mendunia, dan tidak kesannya
asia dan Eropa sentris). Kedua, supaya PBSI ini daripada mikirin narik atlit senior balik ke Indonesia, jadinya lebih mikir keras gimana caranya supaya lahir bibit baru yang bagus di Indonesia (alias lebih mikir gimana caranya regenerasi, dan bukan cabut sana-sini, kita kan bukan Singapore yang kekurangan SDM dan harus comot atlit dari sana-sini... ).

Cerita lama ya? Lagi-lagi masalahnya di regenerasi. Lagi-lagi pasti nanti ngangkat masalah...sosialisasi dari masa kecil kurang (contohnya, jarang ada sekolah yang mengajarkan bulutangkis, atau punya klub bulutangkis). Belum lagi bulutangkis itu (saya juga baru sadar) termasuk olahraga mahal. Raket harganya sudah ratusan ribu, yang paling parah adalah kok yang nggak reusable (ini beda dengan bola tenis yang bisa dipake untuk jangka waktu panjang). Kok plastik nggak banyak berbeda. Saya di Beijing pernah pake kok plastik Yonex mutu bagus...yah dipake kira-kira 8 jam training session udah mulai sobek. Yah berharapnya memang kualitas kok semakin bagus dan harganya juga semakin membumi.

Oh well...kapan ya...kapan ya...

(Sumber: badminton-indonesia@yahoogroups.com)

Berita Jurnal Komunitas Lainnya